Popular Writing Training for Academicians: How to Publish Your Research in Mass Media”
Dosen dan peneliti merupakan orang-orang terbiasa berargumentasi dan mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk melakukan riset. Meskipun tidak dapat dikatakan sebanyak negara lain yang sudah maju, dari Sabang sampai Merauke banyak institusi-institusi riset yang bekerja dan melakukan penelitian. Hasil penelitian mereka dipublikasikan dalam bentuk jurnal atau laporan penelitian dan biasanya dapat diakses di perpustakaan, website atau lemari institusi riset pelaksana itu berada.
Dalam upaya mencerdaskan saudara senegara, tentunya hasil penelitian tersebut harus dapat diakses oleh semua anggota masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua informasi dapat dengan mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Perbedaan jargon lintas keilmuan seringkali menjadi dinding yang sulit ditembus untuk dapat memahami hasil-hasil penelitian yang ada.
Media masa dalam bentuk koran dan majalah merupakan salah satu media yang tepat untuk mengabarkan hasil penelitian pada masyarakat yang lebih luas.Namun, penulisan di media masa menuntut hasil penelitian di kemas dalam bentuk yang menarik, sederhana dan mudah dicerna. Cukup banyak upaya untuk mempublikasikan hasil penelitian ke media masa dilakukan, namun tidak sedikit pula dosen dan peneliti yang pada akhirnya patah arang ketika terlalu sering artikel yang mereka buat, ditolak oleh insan media masa.
Untuk menjembatani dosen peneliti dengan insan media masa, CEDS dan GDN bekerjasama dengan Asosiasi Jurnalis Independen, memberikan pelatihan 1 hari untuk membekali dosen dan peneliti agar bisa memahami kebutuhan media dan unsur-unsur penting yang dibutuhkan dalam penulisan artikel populer. Di pelatihan ini, Asep Saefullah (Editor SINDO weekly) membagi pengetahuannya serta membimbing peserta menuliskan artikel dari penelitian yang mereka lakukan.
Informasi, signifikansi, fokus, konteks, wajah, bentuk dan suara merupakan 7 unsur penting dalam artikel populer. Dosen dan peneliti terbiasa menuliskan hasil penelitian mereka dengan aturan yang baku. Sehingga, kegiatan menulis artikel populer dan menulis artikel ilmiah dapat dikatakan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dosen dan peneliti memiliki modal yang cukup untuk membuat artikel populer dari penelitian yang mereka lakukan. Dan terbukti para peserta dapat menyelesaikan tugas membuat artikel di pelatihan ini.
Namun terlihat peserta menghadapi kesulitan dalam menuliskan hasil penelitian ke dalam bentuk yang sederhana dan disampaikan dengan bahasa populer. Hal lainnya, unsur aktifitas manusia nampak kurang mewarnai artikel yang dibuat oleh peserta dan beberapa artikel menceritakan topik yang terlalu luas. Kurangnya warna aktifitas manusia karena memang dosen dan peneliti terkadang asik sendiri dengan dunia riset masing-masing. Masyarakat pembaca media masa merupakan pembaca kritis, sering kali berita atau artikel yang dianggap tidak menarik dilewatkan begitu saja. Hal lainnya, sering juga terjadi sebuah artikel tidak sampai selesai dibaca dan pada akhirnya informasi yang hinggap di kepala pembaca hanya sedikit.
Dosen peneliti yang asik dengan dunia mereka sendiri dan pembaca yang kritis menambah jarak antara masyarakat dengan hasil penelitian. Poin penting ini diingatkan oleh Asep, peserta diingatkan untuk keluar dari kebiasaan dan mulai mengobservasi lingkungan sekitar. Kegiatan ini akan memberi modal pada dosen dan peneliti untuk menambah warna pada artikel yang dibuat sehingga lebih dekat ke pembaca.
Artikel populer yang didasarkan pada hasil penelitian tentu akan lebih mencerdaskan dan membekali budaya beropini masyarakat agar tidak berakhir di debat kusir. Semoga artikel media masa dapat lebih mencerdaskan.
.